Jumat, 25 Januari 2008

Efek Mozart dan Efek Murottal

Bunda nemuin artikel menarik seputar perkembangan bayi, Alhamdulillah udah bunda terapkan ke Salma waktu masih di dalem peyut. Semoga Salma nanti bisa Haidz Al-Qur'an ya..Amin..Artikel berikut dikutip dari Majalah Sabili Edisi 14 TH.XV 24 Januari 2008/15 Muharam 1429. Afwan kalo ada yang keberatan artikel ini di posting, email aja ke vee23n [at] yahoo [dot] com.
Metode mencerdaskan bayi, berjubel banyaknya. Dari lantunan lagu sampai hipnotis motivasi. Muslim lupa, punya Al-Qur'an yang luar biasa.

Kehidupan ini sungguh unik., banyak hal-hal yang sudah langka dan banyak ditinggalkan orang, tiba-tiba dipasarkan secara besar-besaran dan laku keras. Salah satu barang antik yang kini sedang naik daun adalah musik klasik. Selama bertahun-tahun, jenis musil ini hanya diminati oleh kelompok sosial tertentu yang sangat terbatas jumlahnya. Jika kita bertanya pada remaja-remaja perkotaanyang umumnya menguasai musik dan judul-judul lagu berikut isinya, mungkin tidak satupun diantara mereka tidak tahu tentangmusik klasik karya-karya Mozart, Vivaldi dan lain-lain. Jangankan kalangan remaja, orang-orang dewasapun mungkin hanya tahu nama-nama pemusik klasik sekadarnya saja, adapun lagu-lagu klasiknya sendiri boleh jadi tidak pernah mereka dengar.

Namun, kini keadaan nebjadi beda. Musik klasik sekarang menjadi dewa yang dilahirkan kembali. Atas nama penelitian-penelitian intensif di negara-negara Barat, musik klasik dipromosikan sebagai sebuah produk seni yang tidak sekadar mempunyai efek menghibur (entertaining effect), tapi juga efek menunjang belajar (learning-support effect) serta efek memperkaya pikiran (enriching-mind effect).

Dalam perkembangan pendidikan terbaru saat ini, musik klasik (denga ketukan tertentu yang selaras dengan detak jantung manusia-jadi tidak semua musik klasik) menjadi sarana penting dalam belajar di ruang-ruang kelas. Buku-buku pendidikan dengan penjualan best seller international, seperti Quantum Learning, Quantum Teaching dan The Learning Revolution, semuanya mempromosikan musik klasik untuk digunakan sebagai program belajar. Sebagai dampak dari ide yang kompak dan serempak ini, beberapa lembaga pendidikan saat ini berlomba-lomba membunyikan musik klasik sebagai pengiring kegiatan belajar mengajar di kelas. Fenomona ini bisa kita sebut sebagai "efek promosi Quantum Learning". Efek promosi Quantum Learning ini juga merembet ke lembaga-lembaga pendidikan di luar sekolah. banyak lembaga-lembaga kursus dan pelatihan di kota-kota besar Indonesia saat ini yang memperdagangkan program-program learning skill berbasis Quantum Learning.

Lalu mengapa musik klasik? Atau bahkan mengapa musik digunakan dalam program belajar? Alasannya karena musik merupakan salah satu "makanan" penting untuk otak kanan. Selama ini program belajar hanya memfungsikan otak kiri semata yang melulu bersifat linear, logis dan matematis. Penggunaan otak yang tidak seimbang ini kemudia cepat menimbulkan kelelahan dan kejenuhan bagi orang yang belajar. Otak kanan yang tidak punya kerjaan kemuadian berfungsi sebagai pengganggu saudranya, otak kiri yang sedang pusing dengan rumus-rumussan hafalan. Disinilah fungsi musik klasik (begitu pula warna-warni dan gambar) dalam belajar. Ia memberi aktifitas bagi otak kanan sehingga ia tidak lagi mengganggu otakkiri disaat belajar.

Pengalaman penulis sendiri, pada semster terakhir di SMP (kira-kira 10 tahun yang lalu), penulis selalu ditemani musik radio saat belajar. Tentu saja musik yang didengarkan musik pop, bukan musk klasik. Pada saat itu memang ada perubahaan yang sangat signifikan dalam stabilitas semangat belajar serta hasilnya. Penulis yang tidak pernah mendapat ranking sepuluh besar sepanjang belajar di SMP (bahkan sejak di SD), muncul dengan NEM tertinggi di sekolah yang tentu saja membuat banyak siswa lain terkejut. Musik tentu saja bukan satu-satunya faktor sukses, tapi siapa tahu ia memang memberi pengaruh positif dalam mendukung kegiatan belajar.

Bagi kaum Muslim, hal ini tentu saja tidak sederhana, karena musik pop atau bahkan musik klasik tidak memdapatkan pembolehan dari mayoritas ulama Islam yang terpercaya karena alasan-alasan yang syar'i. Namun, pada saat ini nasyid berkembang dengan baik di berlahan dunia muslim. Jadi, bagi setiap Muslim, tidak perlu mendengarkan musik-musik pop yang isinya melalaikan meski untuk meningkatkan hasil belajar, dengarkan daja nasyid Islami sebagai alternatif. Hasilnya juga tentu tidak kalah dari musik klasik.

Apa yang dibahas diatas merupaka efek pendukung belajar dari musik klasik. Musik klasik juga mempunyai efek memperkaya pikiran. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa musik klasik yang diperdengarkan secara terpola pada janin di dalam kandungan bisa meningkatkan kecerdasan janin-janin ini kelak ketika lahir. Dalam buku Cara Baru Dalam Mendidik Anak Sejak Dalam Kandungan oleh Van de Carr dah Lehrer, diceritakan tentang seorang konduktor simfoni terkenal Boris Brott, yang suatu hari merasa akrab dengan irama celo yang belum pernah ia dengar sebelumnya. Ketika ia menceritakan hal itu kepada ibunya yang merupaka seorang pemain celo profesional, ibunya menjadi heran. Ternyata musik celo tersebut sering ia mainkan ketika Brott masih dalam kandungannya.
Ketika membaca cerita ini, penulis tersentak dan teringat dengan banyak ulama klasik dan modern yang mempunyai prestasi-prestasi raksasa. Banyak dari para ulama ini yang sangat cerdas dan mampu menghafalkan seluruh Al-Qur'an pada usia sepuluh atau belasan tahun, sebut saja misalnya Imam Syafi'i, Hasan Al-Banna atau Sayyid Qutb. Mungkinkan ini karena bacaan Al-Qur'an orang tua mereka sangat efektif dan memberi stimulus (rangsangan) bagi akal para ulama sejak mereka masih dalam kandungan? Jadi bagi setiap Muslim yang memiliki keimanan didalam hatinya ketika mendengar tentang teori-teori terbaru yang ada sekarang terkait dengan efek musik (klasik) terhadap kecerdasan janin hendaknya jangan terlalu kaget, terperangah apalagi merasa inferior. Semua hal positif dari penelitian-penelitian itu sudah menjadi tradisi Islam sejak lama. Jadi ketimbang anda ikut-ikutan jadi korban promosi "Efek Mozart" ala Barat, lanjutkan saja tradisi "Efek Murottal" para ulama Islam, dan silahkan bandingkan hasilnya.

0 komentar:

Jumat, 25 Januari 2008

Efek Mozart dan Efek Murottal

Diposting oleh Salma Hasna Tsabitha di 11.45
Bunda nemuin artikel menarik seputar perkembangan bayi, Alhamdulillah udah bunda terapkan ke Salma waktu masih di dalem peyut. Semoga Salma nanti bisa Haidz Al-Qur'an ya..Amin..Artikel berikut dikutip dari Majalah Sabili Edisi 14 TH.XV 24 Januari 2008/15 Muharam 1429. Afwan kalo ada yang keberatan artikel ini di posting, email aja ke vee23n [at] yahoo [dot] com.
Metode mencerdaskan bayi, berjubel banyaknya. Dari lantunan lagu sampai hipnotis motivasi. Muslim lupa, punya Al-Qur'an yang luar biasa.

Kehidupan ini sungguh unik., banyak hal-hal yang sudah langka dan banyak ditinggalkan orang, tiba-tiba dipasarkan secara besar-besaran dan laku keras. Salah satu barang antik yang kini sedang naik daun adalah musik klasik. Selama bertahun-tahun, jenis musil ini hanya diminati oleh kelompok sosial tertentu yang sangat terbatas jumlahnya. Jika kita bertanya pada remaja-remaja perkotaanyang umumnya menguasai musik dan judul-judul lagu berikut isinya, mungkin tidak satupun diantara mereka tidak tahu tentangmusik klasik karya-karya Mozart, Vivaldi dan lain-lain. Jangankan kalangan remaja, orang-orang dewasapun mungkin hanya tahu nama-nama pemusik klasik sekadarnya saja, adapun lagu-lagu klasiknya sendiri boleh jadi tidak pernah mereka dengar.

Namun, kini keadaan nebjadi beda. Musik klasik sekarang menjadi dewa yang dilahirkan kembali. Atas nama penelitian-penelitian intensif di negara-negara Barat, musik klasik dipromosikan sebagai sebuah produk seni yang tidak sekadar mempunyai efek menghibur (entertaining effect), tapi juga efek menunjang belajar (learning-support effect) serta efek memperkaya pikiran (enriching-mind effect).

Dalam perkembangan pendidikan terbaru saat ini, musik klasik (denga ketukan tertentu yang selaras dengan detak jantung manusia-jadi tidak semua musik klasik) menjadi sarana penting dalam belajar di ruang-ruang kelas. Buku-buku pendidikan dengan penjualan best seller international, seperti Quantum Learning, Quantum Teaching dan The Learning Revolution, semuanya mempromosikan musik klasik untuk digunakan sebagai program belajar. Sebagai dampak dari ide yang kompak dan serempak ini, beberapa lembaga pendidikan saat ini berlomba-lomba membunyikan musik klasik sebagai pengiring kegiatan belajar mengajar di kelas. Fenomona ini bisa kita sebut sebagai "efek promosi Quantum Learning". Efek promosi Quantum Learning ini juga merembet ke lembaga-lembaga pendidikan di luar sekolah. banyak lembaga-lembaga kursus dan pelatihan di kota-kota besar Indonesia saat ini yang memperdagangkan program-program learning skill berbasis Quantum Learning.

Lalu mengapa musik klasik? Atau bahkan mengapa musik digunakan dalam program belajar? Alasannya karena musik merupakan salah satu "makanan" penting untuk otak kanan. Selama ini program belajar hanya memfungsikan otak kiri semata yang melulu bersifat linear, logis dan matematis. Penggunaan otak yang tidak seimbang ini kemudia cepat menimbulkan kelelahan dan kejenuhan bagi orang yang belajar. Otak kanan yang tidak punya kerjaan kemuadian berfungsi sebagai pengganggu saudranya, otak kiri yang sedang pusing dengan rumus-rumussan hafalan. Disinilah fungsi musik klasik (begitu pula warna-warni dan gambar) dalam belajar. Ia memberi aktifitas bagi otak kanan sehingga ia tidak lagi mengganggu otakkiri disaat belajar.

Pengalaman penulis sendiri, pada semster terakhir di SMP (kira-kira 10 tahun yang lalu), penulis selalu ditemani musik radio saat belajar. Tentu saja musik yang didengarkan musik pop, bukan musk klasik. Pada saat itu memang ada perubahaan yang sangat signifikan dalam stabilitas semangat belajar serta hasilnya. Penulis yang tidak pernah mendapat ranking sepuluh besar sepanjang belajar di SMP (bahkan sejak di SD), muncul dengan NEM tertinggi di sekolah yang tentu saja membuat banyak siswa lain terkejut. Musik tentu saja bukan satu-satunya faktor sukses, tapi siapa tahu ia memang memberi pengaruh positif dalam mendukung kegiatan belajar.

Bagi kaum Muslim, hal ini tentu saja tidak sederhana, karena musik pop atau bahkan musik klasik tidak memdapatkan pembolehan dari mayoritas ulama Islam yang terpercaya karena alasan-alasan yang syar'i. Namun, pada saat ini nasyid berkembang dengan baik di berlahan dunia muslim. Jadi, bagi setiap Muslim, tidak perlu mendengarkan musik-musik pop yang isinya melalaikan meski untuk meningkatkan hasil belajar, dengarkan daja nasyid Islami sebagai alternatif. Hasilnya juga tentu tidak kalah dari musik klasik.

Apa yang dibahas diatas merupaka efek pendukung belajar dari musik klasik. Musik klasik juga mempunyai efek memperkaya pikiran. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa musik klasik yang diperdengarkan secara terpola pada janin di dalam kandungan bisa meningkatkan kecerdasan janin-janin ini kelak ketika lahir. Dalam buku Cara Baru Dalam Mendidik Anak Sejak Dalam Kandungan oleh Van de Carr dah Lehrer, diceritakan tentang seorang konduktor simfoni terkenal Boris Brott, yang suatu hari merasa akrab dengan irama celo yang belum pernah ia dengar sebelumnya. Ketika ia menceritakan hal itu kepada ibunya yang merupaka seorang pemain celo profesional, ibunya menjadi heran. Ternyata musik celo tersebut sering ia mainkan ketika Brott masih dalam kandungannya.
Ketika membaca cerita ini, penulis tersentak dan teringat dengan banyak ulama klasik dan modern yang mempunyai prestasi-prestasi raksasa. Banyak dari para ulama ini yang sangat cerdas dan mampu menghafalkan seluruh Al-Qur'an pada usia sepuluh atau belasan tahun, sebut saja misalnya Imam Syafi'i, Hasan Al-Banna atau Sayyid Qutb. Mungkinkan ini karena bacaan Al-Qur'an orang tua mereka sangat efektif dan memberi stimulus (rangsangan) bagi akal para ulama sejak mereka masih dalam kandungan? Jadi bagi setiap Muslim yang memiliki keimanan didalam hatinya ketika mendengar tentang teori-teori terbaru yang ada sekarang terkait dengan efek musik (klasik) terhadap kecerdasan janin hendaknya jangan terlalu kaget, terperangah apalagi merasa inferior. Semua hal positif dari penelitian-penelitian itu sudah menjadi tradisi Islam sejak lama. Jadi ketimbang anda ikut-ikutan jadi korban promosi "Efek Mozart" ala Barat, lanjutkan saja tradisi "Efek Murottal" para ulama Islam, dan silahkan bandingkan hasilnya.

0 komentar on "Efek Mozart dan Efek Murottal"